Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

KERUGIAN DALAM BERAGAMA

 KERUGIAN DALAM BERAGAMA

Kerugian dalam beragama



Benarkah beragama kita?


Kejadian ini hanyalah pengulangan -pengulangan tiap tahun


Alhamdulillah bulan Ramadhan telah datang belum penuh berkah dan ampunan 

Ucap senang rasa bahagia tergambar dari upaya satria mengekpresikan oleh seluruh badan menyambut kedatangan bulan suci


Begitu juga yang lainnya di sekitar ku

Rupanya setiap orang atau juga di sebut individu mulai menyibukan diri dengan definisi-definisi kebaikan agama 


Entah itu bermunajat melalui sholat atau dengan bermacam macam sedekah yang sesungguhnya di lain hari tidak pernah


Syukur adalah rasa yang timbul dan Alhamdulillah ada lah pembuktiannya melalui kata yang terucap


Sejenak kemudian terdiam 

Ada di mensi lain yang terakses dan menguap ke permukaan 


Dimana kesaksian lebih menghadirkan fakta dari sebuah kejadian 

Kenapa menjadi awalan sebuah pertanyaan


Bukankah jika ia saleh kenapa tidak berdampak kepada yang lain?


Kenapa ucapannya lebih pedas kepada yang tidak sependapat?


Dimana sholat mencegah nahyi dan mungkar apabila menjaga perasaan orang lain saja tidak bisa


Dimana hikmah menahan lapar dan dahaga jika pembiaran tetangga yang kelaparan 


Dimana kesetaraan kain ihram jika berbeda penghasilan saja menjadi merasa berhak untuk menunjuk dan membuka mata lebar lebar penuh caci maki


Inikah yang pernah di singgung Rasulullah ?



Beliau bertanya kepada para sahabatnya tentang "kebangkrutan" : 


عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : " أَتَدْرُونَ مَاالْمُفْلِسُ ؟ قَالُوا : الْمُفْلِسُ فِينَا يَا رَسُولَ اللَّهِ مَنْ لَا دِرْهَمَلَهُ وَلَا مَتَاعَ ، قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : " الْمُفْلِسُ مِنْ أُمَّتِي مَنْ يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِصَلَاتِهِ وَصِيَامِهِ وَزَكَاتِهِ ، وَيَأْتِي قَدْ شَتَمَ هَذَا ، وَقَذَفَ هَذَا ،وَأَكَلَ مَالَ هَذَا ، وَسَفَكَ دَمَ هَذَا ، وَضَرَبَ هَذَا ، فَيَقْعُدُ فَيَقْتَصُّ هَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ ، وَهَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ ، فَإِنْ فَنِيَتْ حَسَنَاتُهُ قَبْلَ أَنْ يُقْتَصَّ مَا عَلَيْهِ مِنَ الْخَطَايَا ، أُخِذَ مِنْ خَطَايَاهُمْ فَطُرِحَ عَلَيْهِ ، ثُمَّ طُرِحَ فِي النَّارِ " أخرجه مسلم


“Tahukah kalian siapakah orang yang bangkrut/pailit ?”. Mendengar pertanyaan Nabi yang sangat mudah ini, para sahabat dengan cepat menjawab : “dia adalah orang yang tidak lagi punya kekayaan”. Nabi mungkin tersenyum. Beliau mengatakan : “oh, bukan, sama sekali bukan”. Lalu beliau menjelaskan maksudnya : “seorang yang bangkrut ialah orang yang datang pada hari kiamat dengan membawa daftar pahala shalat, puasa dan zakat. Tetapi dalam waktu yang sama dia juga membawa daftar kezaliman. Dia mengecam si A, menuduh si B, memakan harta si C, menumpahkan darah si D dan memukul si E. Kepada mereka yang dizalimi, terampas hak-hak asasinya, dia (pelaku) dihukum dengan membayar pahala kebaikan-kebaikan atau kesalehan-kesalehan personalnya. Manakala semua pahala kebaikan dan kesalehan tersebut dia belum bisa melunasinya, maka dosa mereka yang dizalimi ditimpakan kepadanya. Sesudah itu dia (pelaku) dilemparkan ke dalam api neraka”. 



Sebuah ironi dalam kehidupan beragama kesalihan pribadi yang tidak di barengi dengan kesalihan sosial dan masyarakat 


Padahal jika di cermati kesalihan seseorang selalu menuntut lahirnya kesalahan sosial


Beritanya pun akan menjadi viral manakala terlahir dari seseorang dengan tingkat kesalihan

Katakanlah perselingkuhan 


Kadar viralnya akan sangat menukik tajam jika pelaku hanya orang biasa 

Bahkan di anggap sangat wajar jika pelaku mempunyai riwayat buruk di mata sosial


Sebuah kesalihan akan jauh mempengaruhi penilaian pandangan begitupula dengan dialog nabi di atas 

Bagaimana perilaku sosial buruk seseorang akan menggerus semua amal kebaikan yang dia lakukan secara personal 


Kejahatan-kejahatan publik seperti memfitnah, merampas yang bukan haknya, melukai, menyakiti fisik ataupun psikis atau kedzaliman-kedzaliman kebijakan yang dia buat untuk publik 


Dia seakan akan lupa bahwa masa depan kedzaliman adalah neraka dan masa depan dari kebaikan adalah surga 


Sudah sepantasnya jika sekarang orang yang menyibukan dengan ke Agamanya secara personal mulai mengaplikasikan kedalam kehidupan bersosial bermasyarakat


Tidak hanya di bulan suci ini melainkan bulan bulan yang lainnya



Jika ia tidak mau termasuk golongan orang yang merugi membawa amal banyak namun pailit saat perhitungan amal di akhirat kelak




Post a Comment for "KERUGIAN DALAM BERAGAMA"